Sabtu, 29 November 2008

10 “Takdir” Keturunan yang Sulit Dicegah

Anak anak jkl / akl / kesling / kesehatan lingkungan poltekkes depkes yogyakarta saat study wisata di pantai depok


10 “Takdir” Keturunan yang Sulit Dicegah

“Memang sudah dari sananya,” adalah ungkapan yang sering kita dengar jika berkomentar tentang perilaku atau sifat seseorang. Artinya, memang sudah takdirnya. Apakah takdir itu jika ditinjau dari sains? Yang jelas, ada faktor keturunan yang bisa menjadi takdir seseorang untuk mengalami suatu hal yang sama dengan orangtuanya. Berikut ada 10 kondisi pada manusia yang bersikap “takdir” keturunan.

1. Alkoholisme

Anak-anak penderita alkoholik tidak ditargetkan menjadi pecandu alkohol juga. Tapi studi terbaru mengungkap bahwa sekitar 50 persen anak para alkoholik berisiko menderita nasib serupa dengan orangtuanya. Sebesar 50 persennya lagi akan ditentukan oleh lingkungan. Ini disebabkan sejumlah gen pada orangtua menurun ke anak, sejenis gen ketergantungan.

2. Kanker Payudara

Penyebabnya memang masih misteri, namun ilmuwan sudah menemukan bahwa terjadi mutasi sejumlah gen seperti BRCA1 dan BRCA2 adalah pemicunya. Perempuan yang mewarisi mutasi gen ini akan menderita kanker payudara. Sedangkan kaum lelakinya akan mengalami risiko kanker prostat.

3. Buta Warna

Sebanyak 10 juta lelaki AS tak bisa membedakan mana merah dan hijau. Gangguan pengelihatan ini memang lebih banyak diderita Kaum Adam. Mengapa? Sebab gen reseptor warna hijau dan merah berada di posisi dekat kromosom X.

4. Kekerasan

Mengerikan juga jika seorang ayah yang suka melakukan kekerasan akan menurun pada anaknya. Perilaku agresif anak lelaki biasanya diturunkan dari gen ayahnya. Bukan hanya kebiasaan melakukan kekerasan, melainkan juga perilaku antisosial dan suka mencuri. Gen suka mencuri ini lebih banyak bekerja pada perempuan.

5.Obesitas
Kegemukan tak selamanya akibat lingkungan.
Banyak kasus dimana orang memangvsulit menahan nafsu makannya. Ini disebabkan ada gen yang membuat fungsi penahan nafsu makan tidak bekerja dengan baik. Dan gen ini menurun. jadi jangan heran jika menjumpai satu keluarga yang bertubuh gemuk semua.

6. Penyakit Jantung

Jika punya anggota keluarga menderita diabetes atau stroke, bisa dipastikan akan menderita gangguan jantung. Anak dari orang tua penderita gangguan jantung dan peredaran darah akan mewarisi penyakit tersebut. Ditambah lagi pasien gagal jantung juga akan menurunkan penyakit serupa.

7. Saudara Kembar

Ingin memiliki saudara kembar? Periksa dulu apakah ada kembar dalam keluarga kita. Kasus kembar ini dipicu oleh suatu gen yang membuat seorang ibu melepaskan sel telur multipel selama evaluasi. Keturunan kembar ini tidak selalu menurun langsung ke anak-anak, bisa melompat ke cucu atrau sepupu.

8. Jerawat

Anda berjerawat parah? Agak sulit disembuhkan jika memang kedua orangtua kita berjerawat juga. Studi mempelihatkan banyak anak usia sekolah berjerawat juga memiliki riwayat berjerawat pada keluarganya.

9. Tak Doyan Susu

Ada sebagian orang yang tak bisa minum susu hewani dengan kandungan zat laktosa. Memang tubuh mereka tak mampu menoleransi laktosa sama sekali. Untuk bayi, biasanya disediakan susu kedelai dengan kandungan laktosa rendah. Kondisi seperti ini juga bersifat menurun dalam anggota keluarga.

10. Kebotakan

Walau kebotakan dianggap biasa pada kaum lelaki, ternyata hal itu juga dipicu oleh keturunan. Ada gen yang diturunkan oleh salah satu pihak orangtua atau keduanya yang menyebabkan si anak juga menderita kebotakan. Ada juga orang yang menderita kebotakan permanen yang pastinya juga disebabkan oleh satu jenis gen.

Diterjemahkan secara bebas dari LiveScience

Kredit foto: baldbuddies.org

Di Posting Oleh : Dorin Mutoif, Jurusan AKL/JKL/KESLING/KESEHATAN LINGKUNGAN Politeknik Kesehatan DEPKES Yogyakarta..

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Munggu, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, 54382


Keberpasangan: dari Teori Fisika, Ayat Al Quran dan Alkitab

Keceriaan para mahasiswa pengurus BEM Direktorat poltekkes depkes yogyakarta saat LDK


Keberpasangan: dari Teori Fisika, Ayat Al Quran dan Alkitab


(Ditujukan kepada Dr. Laksana Tri Handoko dan Dr. Terry Mart)

Suatu hari, tanpa arah dan tujuan, saya jalan-jalan di Mal Pondok Indah, Jakarta Selatan. Saya menyusuri gang demi gang mal yang luar biasa besar tersebut. Sewaktu saya lewat di depan sebuah stand pakaian, seorang cewek tiba-tiba menabrak bahu saya. Sontak saya kaget, dan dengan lemah-lembut dia mengatakan: “Eh, maaf yach mas!”. Namun setelah itu, seorang cowok kekar di sampingnya tiba-tiba mengumbar pandangan yang penuh amarah, dan dengan nada sangat maskulin ala Elmanik baru bangun tidur berucap: “Jangan macam-macam, mas!”. Hampir saja kepalan tangannya mendarat di muka saya. Untungnya si cewek buru-buru meredam amarahnya: “Sudahlah Lex, itu salah saya!” (mungkin namanya Alex).

Sepintas insiden itu bukanlah hal yang luar biasa. Namun setelah saya perhatikan, ada rahasia tersembunyi di balik itu. Setelah kejadian itu, sebuah pertanyaan sering mengganggu: “Mengapa ada karakter yang sangat bertolak belakang antara laki-laki dan perempuan?”. Beberapa pekan kemudian, saya membaca Alquran dan menemukan ayat: “Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang tidak mereka ketahui (QS. 36:36)”. Terinspirasi ayat tersebut, pikiran saya memunculkan sebuah asumsi bahwa keberpasangan adalah prinsip fundamental yang mendasari semua hal. Bagaimana caranya?

Pola keberpasangan terlihat sangat indah dan teratur. Setiap kasus keberpasangan selalu melibatkan dua objek dengan sifat-sifat alami yang saling bertolak belakang. Ini hukum alam. Kalau selama ini saya bertanya, mengapa laki-laki cenderung maskulin sedangkan perempuan cenderung feminim? Atau pertanyaan, mengapa orang suka terhadap yang baik-baik sedangkan yang buruk-buruk selalu dibenci? Setidaknya hal itu telah dijawab oleh keberpasangan.

Eksistensi

Bayangkan kalau tidak ada yang namanya ‘tidak ada’, pasti sesuatu yang namanya ‘ada’ juga tak akan pernah ada, dan begitupun sebaliknya. Kalau tidak ada orang ‘jahat’, mestinya tidak ada juga orang yang disebut ‘baik’, begitu juga sebaliknya. Kalau tidak ada jenis kelamin ‘laki-laki’, tentu yang namanya ‘perempuan’ juga tak akan pernah dikenal, begitu pun sebaliknya. Semua hal akan didapatkan selalu dengan pasangannya, karena eksistensi sesuatu adalah satu-satunya pembanding dari eksistensi pasangannya. Dengan kata lain, keberpasangan akan selalu muncul sebagai kebutuhan akan pembanding keberadaan suatu objek.

Bahkan dari permulaan munculnya, ilmu pengetahuan telah sangat akrab dengan kasus-kasus keberpasangan. Dalam kelas biologi telah dikenal model materi kehidupan elementer yang penuh dengan pasangan-pasangan basa Nitrogen. Dalam kelas kimia juga telah didapatkan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Dan kasus yang paling banyak ditemui adalah dalam kelas fisika: spin atas dan spin bawah, materi dan anti-materi, muatan positif dan muatan negatif, gaya tarik dan gaya tolak, gelombang dan partikel, dan sebagainya.

Dalam Tafsir Al-Misbah disebutkan mengenai tafsir dari QS. 36:36. Sebagian ulama menyatakan bahwa makna ‘pasangan’ dalam ayat itu hanya berlaku pada makhluk hidup saja. Namun Dr. Quraisy Shihab tak begitu sependapat dengan pernyataan tersebut. Menurutnya, pendapat ini tidak sejalan dengan makna kebahasaan, tidak cocok dengan maksud sekian banyak ayat Alquran, dan berbagai kenyataan ilmiah yang ditemukan dewasa ini. Dari segi bahasa, kata azwaj (pasang-pasangan) adalah bentuk jamak dari kata zauj (pasangan). Menurut pakar kebahasaan, Ar-Raghib Al-Ashfahain, kata ini digunakan untuk masing-masing dua hal yang berdampingan atau bersamaan, misalnya jantan dan betina. Kata itu juga digunakan untuk menunjuk hal yang sama bagi selain binatang, seperti alas kaki. Selanjutnya beliau menegaskan bahwa keberpasangan tersebut bisa akibat kesamaan dan bisa juga karena bertolakbelakang. Ayat-ayat Alquran yang lain pun menggunakan kata tersebut dalam pengertian umum, bukan hanya untuk makhluk hidup, misalnya pada Alquran 51:49. Dari sini ada siang ada malam, senang-susah, atas-bawah, dan seterusnya. Semua hal (maksudnya makhluk) memiliki pasangannya, hanya Allah saja yang tidak berpasangan, tidak ada pula yang sama dengan Dia. Dari segi ilmiah, misalnya terbukti bahwa muatan listrik pun berpasangan: positif dan negatif. Demikian juga dengan atom, yang tadinya diduga sebagai unit terkecil dan tidak dapat dibagi, ternyata ia pun berpasangan. Atom terdiri dari proton dan elektron.1

Premis Lugas

QS. 36:36 mengandung premis yang sangat lugas (eksplisit). Kelugasan ini menjadi penuh resiko manakala ia mencuatkan implikasi yang tidak main-main. Kalau betul-betul ada ‘sesuatu’, dalam teks dan konteks apapun, yang tidak ada pasangannya, tentu itu tidak diperbolehkan. Kalaupun itu memang ada, maka itu akan menjadi alasan yang sangat kuat untuk mencoret Alquran dari daftar kitab suci. Oleh karena itu, ayat tersebut harus memiliki implikasi ilmiah, bahwa keberpasangan adalah sifat mendasar yang melandasi semua hal di semesta. Ayat ini bisa diuji, misalnya dengan asumsi bahwa keberpasangan merupakan prinsip fundamental dalam fisika.

Suatu ketika Einstein duduk di sebuah gerbong kereta api di samping jendela. Ketika kereta mulai melaju, beliau dengan sangat meyakinkan merasakan bahwa kereta itu sedang bergerak. Di tengah-tengah perjalanan, ketika kecepatan kereta optimum tanpa akselerasi, Einstein melihat pohon-pohon di luar jendela. Beliau melihat pepohonan yang ada di samping rel seolah-olah bergerak menjauhi kereta. Andai saja gerbong yang beliau tumpangi sama sekali tertutup, dan hanya menyisakan sejumlah kecil spasi untuk jendela, tentu beliau akan kesulitan membedakan sebetulnya siapa yang sedang bergerak: kereta yang ditumpanginya atau pohon-pohon itu? Itulah fenomena relativitas.2

Fenomena relativitas telah diteliti dengan seksama oleh Newton. Mekanika yang dikembangkannya berangkat dari asumsi bahwa ruang dan waktu bersifat terpisah dan absolut—tak perlu kerangka acuan untuk mengukurnya. Einstein melihat ada kejanggalan dalam konsep Newton. Butuh waktu bertahun-tahun sebelum Einstein memahami kejanggalan itu.

Dalam tahun 1905, keraguan dramatis atas keabsolutan ruang dan waktu diungkapkan Einstein. Perhitungan Einstein menjungkirbalikkan anggapan dasar tentang eksistensi ruang dan waktu. Satu hal beliau garisbawahi bahwa setiap gerak di bagian manapun di semesta ini adalah relatif. Maksudnya, pergerakan benda tidak bisa didefinisikan tanpa adanya kerangka acuan untuk mengukurnya. Misalnya perumpamaan gerbong kereta api di atas. Anda tidak akan pernah bisa membedakan sebenarnya siapa yang sedang bergerak, kereta yang Anda tumpangi atau pohon-pohon yang ada di sisi rel, seandainya saat itu Anda sedang berada di situ. Anda akan tahu yang sebenarnya terjadi kalau Anda berada di luar sistem, misalnya di sisi rel, sehingga definisi gerak kereta hanya bisa ditentukan dengan kerangka acuan itu. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa gerak benda dan kerangka acuan adalah dua hal yang niscaya berpasangan.

Perseteruan

Dalam abad 20, terjadi perseteruan hebat antara Fisika Relativitas dan Fisika Kuantum. Pada akhir Oktober 1927, atas prakarsa pengusaha sabun kaya raya, Ernst Solway, pertama kali diselenggarakan pertemuan paling penting dalam sejarah sains modern. Pertemuan ini terkenal dengan sebutan Konferensi Solway, bertempat di Hotel Metropole, Brussel, Belgia. Pertemuan pertama ini menjadi sangat terkenal lantaran terjadi perseteruan antara dua pemikir garis depan, Niels Bohr dan Albert Einstein. Perseteruan tersebut dipicu oleh pengumuman Bohr tentang tafsirannya terhadap Teori Kuantum, yang kemudian terkenal dengan sebutan Aliran Kopenhagen.

Aliran Kopenhagen memperkenalkan dua prinsip paling mendasar dalam fisika, yakni Prinsip Saling Melengkapi (dalam kaitannya dengan konsep materi) dan Prinsip Ketidakpastian (dalam kaitannya dengan konsep ruang-waktu). Masalahnya timbul manakala Einstein secara terbuka menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Prinsip Ketidakpastian, yang diyakini sebagai pengganti Prinsip Sebab-Akibat. Setiap jamuan teh sore hari, Einstein selalu menyerang prinsip-prinsip Bohr. Ia merancang berbagai percobaan pikiran untuk menemukan berbagai kontradiksi dalam prinsip tersebut. Namun selalu saja Bohr mampu menemukan kelemahan konsep Einstein dan mementahkannya.

Pada konferensi selanjutnya, tahun 1930, Einstein mengajukan apa yang disebutnya sebagai paradoks kotak cahaya, yang dirancang untuk menggugurkan ketidakpastian. Ia mengambarkan kotak penuh cahaya dan menganggap energi foton dan waktu pancarannya bisa ditentukan secara pasti. Waktu dan energi adalah sepasang variabel yang memenuhi Prinsip Ketidakpastian. Caranya kotak ditimbang terlebih dahulu. Dengan pengatur cahaya yang dijalankan jam di dalam kotak, satu foton dipancarkan. Lalu kotak tersebut ditimbang lagi untuk mengetahui massanya. Kalau perubahan massanya diketahui, maka energi foton dapat dihitung dengan persamaan E=mc2. Perubahan energi diketahui dengan tepat, begitu juga waktu pancaran fotonnya, sehingga gugurlah Prinsip Ketidakpastian.

Percobaan pikiran ini membuat Bohr kelimpungan. Semalam suntuk ia mencari kelemahan hujah Einstein. Pagi harinya Bohr menggambarkan kotak cahaya. Dengan gigih, ia mematahkan argumen Einstein: “Ketika foton dipancarkan terjadi sentakan yang menyebabkan ketidakpastian posisi jam dalam medan gravitasi bumi. Ini menyebabkan semacam ketidakpastian pencatatan waktu berdasarkan asumsi Teori Relativitas Umum”.

Einstein sejauh itu kalah dalam berbagai adu argumentasi dengan Bohr. Namun perseteruan berlanjut hingga tahun 1935, ketika ia menetap di Amerika Serikat dan menjadi guru besar di Institute for Advanced Study, Princeton. Einstein mengajukan paradoks yang sampai sekarang masih diperdebatkan. Bersama dua kolega mudanya, Boris Podolsky dan Nathan Rosen, ia mengajukan masalah yang terkenal dengan sebutan Paradoks EPR (Einstein-Podolsky-Rosen) untuk meruntuhkan Prinsip Ketidakpastian.

Kalau ada sepasang partikel, misalnya A dan B, dalam keadaan tunggal atau kedua spinnya saling meniadakan (berpasangan). Keduanya bergerak saling menjauh dalam arah tertentu. Suatu ketika spin A ditemukan dalam keadaan ‘atas’. Karena kedua spin harus saling meniadakan, maka dalam arah yang sama spin B harus dalam keadaan ‘bawah’. Fisika klasik sama sekali tidak mempersoalkan hal ini. Cukup disimpulkan bahwa spin B harus selalu ‘bawah’ sejak pemisahan. Masalahnya mulai tampak manakala Aliran Kopenhagen memperlakukan spin A selalu tak pasti sampai ia diukur dan harus mempengaruhi B seketika itu juga, yaitu mengatur agar spin B berpasangan dengannya. Ini berarti ada aksi pada jarak atau komunikasi yang lebih cepat dari kecepatan cahaya, yang tidak bisa diterima. Einstein dan para koleganya mengusulkan apa yang disebut Prinsip Lokalitas sebagai jalan tengah paradoks ini, sehingga ia mengartikannya sebagai kealpaan Aliran Kopenhagen. Kalau sistem tersebut dipisahkan satu sama lain, pengukuran yang satu tentu tidak akan berpengaruh terhadap yang lain. “Jangan pernah lupakan Teori Relativitas Khusus saya: tidak ada yang lebih cepat dari cahaya”, demikian Einstein menegaskan.

Meskipun demikian, Bohr tetap tidak setuju terhadap konsep pemisahan tersebut. Ia segera mengingatkan Einstein dan semua penyokong sains bahwa mazhabnya selalu menegaskan bahwa mekanika kuantum sangat tidak memperbolehkan pemisahan antara pengamat dan yang diamati. Dua elektron dan pengamat adalah bagian dari satu sistem yang utuh. Jadi, percobaan EPR, menurut dia, tidak membuktikan ketidaklengkapan Teori Kuantum. “Sangat naif anggapan bahwa sistem atom dapat dipisah-pisah. Sekali dikaitkan, sistem atom tak akan pernah terpisahkan”, demikian Bohr menegaskan.3

Dalam pengamatan-pengamatan selanjutnya didapatkan bahwa Prinsip Ketidakpastian berlaku dalam dunia skala kecil dan dapat diabaikan dalam dunia skala besar. Sebaliknya, sebab-akibat berlaku dalam dunia skala besar dan dapat diabaikan dalam dunia skala kecil. Pola yang sangat teratur itu memperlihatkan adanya relasi keberpasangan. Bahwa sebab-akibat maupun ketidakpastian bukanlah dua hal yang saling mengalahkan satu sama lain. Mereka berlaku kedua-duanya, berdampingan, dan sederajat, sebagai sebuah keberpasangan. Alat ukur fisikawan yang tidak bisa lebih halus lagi dari gelombang elektromagnetik menyebabkan usikan-usikan terhadap objek pengamatan. Bagi objek-objek halus seperti elektron, usikan itu akan sangat mengganggu ketelitian pangukuran, sedangkan bagi objek-objek yang kasat mata seperti bola, meja, bintang, planet, dan sebagainya, usikan-usikan itu tidaklah berarti. Maka diyakini bahwa pengaruh ketidakpastian sangat kuat dalam dunia partikel subatomik dan diabaikan dalam dunia skala besar, sedangkan pengaruh sebab-akibat Newton dapat diamati dalam dunia skala besar bintang dan diabaikan pada dunia partikel subatomik.

Selain kasus-kasus di atas, mestinya masih banyak kasus keberpasangan lain dalam fisika. Kasus-kasus di atas ditemukan setelah konsep-konsepnya mapan. Kalau prosesnya diperluas, yakni mengintegrasikan keberpasangan dalam konsep-konsep yang belum mapan secara eksperimen, misalnya Teori Supersimetri dan Superstring, kita akan mendapatkan yang lebih banyak lagi. Tapi apakah kita bisa melakukannya?

Di Alkitab

Sekedar informasi, pada tanggal 17 November 2008, saya menemukan ayat-ayat dalam Alkitab yang menjelaskan secara eksplisit (meskipun tidak seeksplisit Alquran) mengenai keberpasangan:

“Di sana ular pohon bersarang dan bertelur, mengeram sampai telurnya menetas, burung-burung berdendang saja berkumpul di sana, masing-masing dengan pasangannya. Carilah di dalam kitab Tuhan dan bacalah: satu pun dari semua makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang lain, sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut Tuhan, dan Roh Tuhan sendiri telah mengumpulkan mereka (Yesaya 34:15-16)”.

Disarikan dari:

1Tafsir Al-Mishbah (Quraisy Shihab)

2Seri Mengenal dan Memahami Einstein (Joseph Schwartz dan Michael

McGuinness)

3Seri Mengenal dan Memahami Teori Kuantum (JP. McEvoy dan Oscar Zarate)

foto: imagecache2.allposters.com


Di Posting Oleh : Dorin Mutoif, Jurusan AKL/JKL/KESLING/kESEHATAN LINGKUNGAN Politeknik Kesehatan DEPKES Yogyakarta..

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Munggu, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, 54382


Bila Aku jatuh cinta part 2


Foto Adik2 BEM Direktorat Poltekkes Depkes Yogyakarta dari jurusan Analis, Gizi, Kebidanan,keperawatan, gigi dan kesehatan lingkungan Di babar sari daerah istimewa

yogyakarta saat pelantihan dasar kepemimpinan


Bila Aku jatuh cinta


Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu

Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu,

telah bersatu dalam dakwah pada-MU,

telah berpadu dalam membela syariat-Mu.

Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar,

lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.


Di Posting Oleh : Dorin Mutoif, Jurusan AKL/JKL/KESLING/kESEHATAN LINGKUNGAN Politeknik Kesehatan DEPKES Yogyakarta..

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Munggu, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, 54382


Rabu, 26 November 2008

Iodine deficiency 2

Pemandangan Alam Di Batu Malang



_Prod_Version=ShockwaveFlash" wmode="transparent">

Lihat Kartu Ucapan Lainnya

(KapanLagi.com)

Iodine Deficiency


Iodine is a natural chemical element, like oxygen, hydrogen and iron. It occurs in a variety of chemical forms, the most important being iodide, iodate and elemental iodine. It is present in fairly constant amounts in seawater but its distribution over land and fresh water is uneven. Deficiency is especially common in mountainous areas (e.g., Himalayas, Andes, Alps) and areas of frequent flooding, but many other areas are also deficient (e.g., Central Africa, Central Asia, much of Europe).

Yodium (1)

Iodine is an essential component of the thyroid hormones, thyroxine (T4) and triiodothyronine (T3), comprising 65 and 59 percent of their respective weights. Thyroid hormones, and therefore iodine, are essential for mammalian life. They regulate many key biochemical reactions, especially protein synthesis and enzymatic activity. Major target organs are the developing brain, muscle, heart, pituitary, and kidney.

Yodium (2)

Observations in several areas have suggested possible additional roles for iodine. Iodine may have beneficial roles in mammary dys-plasia and fibrocystic breast disease (Eskin, 1977; Ghent et al., 1993). In vitro studies show that iodine can work with myeloperoxidase from white cells to inactivate bacteria (Klebanoff, 1967). Other brief reports have suggested that inadequate iodine nutrition impairs immune response and may be associated with an increased incidence of gastric cancer (Venturi et al., 1993). While these other possibilities deserve further investigation, the overwhelming importance of nutritional iodine is as a component of the thyroid hormones.

Physiology of Absorption, Metabolism, and Excretion

Iodine is ingested in a variety of chemical forms. Most ingested iodine is reduced in the gut and absorbed almost completely (Nath et al., 1992). Some iodine-containing compounds (e.g., thyroid hormones and amiodarone) are absorbed intact. The metabolic pathway of iodinated radiocontrast media, such as Lipiodol, is not entirely clear. The oral administration of Lipiodol increases the iodine stores of the organism and has been successfully used in the correction of iodine deficiency (Benmiloud et al., 1994). Iodate, widely used in many countries as an additive to salt, is rapidly reduced to iodide and completely absorbed.

Once in the circulation, iodide is removed principally by the thyroid gland and the kidney. The thyroid selectively concentrates iodide in amounts required for adequate thyroid hormone synthesis, and most of the remaining iodine is excreted in urine. Several other tissues can also concentrate iodine, including salivary glands, breast, choroid plexus, and gastric mucosa. Other than the lactating breast, these are minor pathways of uncertain significance.

A sodium/iodide transporter in the thyroidal basal membrane is responsible for iodine concentration. It transfers iodide from the circulation into the thyroid gland at a concentration gradient of about 20 to 50 times that of the plasma to ensure that the thyroid gland obtains adequate amounts of iodine for hormone synthesis. During iodine deficiency, the thyroid gland concentrates a majority of the iodine available from the plasma (Wayne et al., 1964).

Iodide in the thyroid gland participates in a complex series of reactions to produce thyroid hormones. Thyroglobulin, a large glycoprotein of molecular weight 660,000, is synthesized within the thyroid cell and serves as a vehicle for iodination. Iodide and thyroglobulin meet at the apical surface of the thyroid cell. There thyroperoxidase and hydrogen peroxide promote the oxidation of the iodide and its simultaneous attachment to tyrosyl residues within the thyroglobulin molecule to produce the hormone precursors diiodotyrosine and monoiodotyrosine.

Thyroperoxidase further catalyzes the intramolecular coupling of two molecules of diiodotyrosine to produce tetraiodothyronine (T4). A similar coupling of one monoiodotyrosine and one diiodotyrosine molecule produces triiodothyronine (T3). Mature iodinated thyroglobulin is stored extra-cellularly in the lumen of thyroid follicles, each consisting of a central space rimmed by the apical membranes of thyrocytes. Typically, thyroglobulin contains from 0.1 to 1.0 percent of its weight as iodine. About one-third of its iodine is in the form of thyroid hormone, the rest as the precursors. An average adult thyroid in an iodine-sufficient geographic region contains about 15 mg iodine (Fisher and Oddie, 1969b).

Thyroglobulin, which contains the thyroid hormones, is stored in the follicular lumen until needed. Then endosomal and lysosomal proteases digest thyroglobulin and release the hormones into the circulation. About two-thirds of thyroglobulin’s iodine is in the form of the inactive precursors, monoiodotyrosine and diiodotyrosine. This iodine is not released into the circulation, but instead is removed from the tyrosine moiety by a specific deiodinase and then recycled within the thyroid gland. This process is an important mechanism for iodine conservation, and individuals with impaired or genetically absent deiodinase activity risk iodine deficiency.

Thyrotropin (TSH) is the major regulator of thyroid function. The pituitary secretes this protein hormone (molecular weight about 28,000) in response to circulating concentrations of thyroid hormone, with TSH secretion increasing when circulating thyroid hormone decreases. TSH affects several sites within the thyrocyte, the principal actions being to increase thyroidal uptake of iodine and to break down thyroglobulin in order to release thyroid hormone into the circulation. An elevated serum TSH concentration indicates primary hypothyroidism, and a decreased TSH concentration shows hyperthyroidism.

The urine contains the fraction of the serum iodine pool that is not concentrated by the thyroid gland. Typically, urine contains more than 90 percent of all ingested iodine (Nath et al., 1992). Most of the remainder is excreted in feces. A small amount may be in sweat.

Clinical Effects of Inadequate Intake

The so-called iodine deficiency disorders (IDD) include mental retardation, hypothyroidism, goiter, cretinism, and varying degrees of other growth and developmental abnormalities. These result from inadequate thyroid hormone production from lack of sufficient iodine. Most countries in the world currently have some degree of iodine deficiency, including some industrialized countries in Western Europe (Stanbury et al., 1998)

The most damaging effect of iodine deficiency is on the developing brain. Thyroid hormone is particularly important for myelination of the central nervous system, which is most active in the perinatal period and during fetal and early postnatal development. Numerous population studies have correlated an iodine-deficient diet with increased incidence of mental retardation. A meta-analysis of 18 studies concluded that iodine deficiency alone lowered mean IQ scores by 13.5 points (Bleichrodt and Born, 1994).

The most visible consequence of iodine deficiency is goiter. This word means "an enlarged thyroid." The process begins as an adaptation in which the thyroid is more active in its attempts to make enough thyroid hormone for the body's needs, despite the limited supply of raw material (iodine), much as a muscle gets bigger when it has to do more work. If this adaptation is successful and the iodine deficiency is not too severe, the person may escape with only an enlarged thyroid and no other apparent damage from the iodine deficiency.

Older individuals with goiters may develop nodules (lumps) in their thyroids, and sometimes these can begin making too much thyroid hormone when suddenly exposed to iodine. This result occurs because these nodules are independent of usual controls; they make thyroid hormone at their own rate, and may over-produce it when given more iodine. Also, the nodular goiters in iodine deficiency have an increased rate of one type of thyroid cancer, called "follicular cancer." Goiters can sometimes enlarge enough to produce compression of other neck structures and may need surgical removal for that reason.

The effects of iodine deficiency on brain development are similar to those of hypothyroidism from any other cause. The United States, Canada, and most developed countries have routine screening of all neonates by blood spot for TSH or T4 to detect among iodine-sufficient children the approximately one in 4,000 who will be hypothyroid, usually from thyroid aplasia. Iodine treatment can reverse cretinism especially when the treatment is begun early (Klein et al., 1972).

Cretinism is an extreme form of neurological damage from fetal hypothyroidism. It occurs in severe iodine deficiency and is characterized by gross mental retardation along with varying degrees of short stature, deaf mutism, and spasticity. As many as one in ten of some populations with very severe iodine deficiency may be cretins. Correction of iodine deficiency in Switzerland completely eliminated the appearance of new cases of cretinism, and a similar experience has occurred in other countries (Stanbury et al., 1998).


Sources of iodine

Most of the iodine we consume comes from what we eat and drink. Seafood is usually a good source because the ocean contains considerable iodine. Freshwater fish reflect the iodine content of the water where they swim, which may be deficient. Other foods vary tremendously in iodine content, depending on their source and what may have been added. Plants grown in iodine-deficient soil do not have much iodine, nor do meat or other products from animals fed on iodine-deficient plants. Because the breast concentrates iodine, dairy products are usually a good source, but only if the cows get enough iodine.

Iodized salt is a special case. With only a few isolated exceptions, edible salt (sodium chloride) does not naturally contain iodine. Iodine is added deliberately as one of the most efficient ways of improving iodine nutrition. Either potassium iodide or potassium iodate is used to fortify salt. The amount added varies widely in different regions.

In Canada and the United States, iodized salt contains 100 ppm (parts per million, same as 100 mcg/gram) as potassium iodide (equals 77 ppm as iodide), so two grams of salt contains approximately the daily recommended amount of 150 mcg iodine. In the United States, you can buy salt that is either iodized or not iodized, and the price is the same; about 50% of all the salt sold in the U.S. is iodized. In Canada, all table salt is iodized. Most other countries add from 10 to 40 mcg iodine per gram of salt (10-40 ppm). Daily salt intake varies in different food cultures in the range of 6-12 grams per day (Intersalt, 1988).

These statements apply only to table salt. Most edible salt is added at cooking. If present as potassium iodate, as in most countries, little iodine is lost during cooking, depending on how pure the salt is. Many people get most of their salt from processed foods, especially in developed countries, and commercial practices vary as to whether these contain iodine or not.

· iodine lost from salt is 20% from production site to household,

· another 20% is lost during cooking before consumption, and

· average salt intake is 10 g per person per day,

Iodine exposure can come from many other sources. Certain food colorings (e.g., erythrosine) contain iodine, although it is only partially bioavailable. Some iodine from skin disinfectants, such as povidone iodine, is absorbed and reaches the bloodstream. Certain health foods, such as some types of kelp, contain large amounts of iodine. Other sources are dyes used for contrast in X-ray procedures and medicines, such as Amiodarone (used for heart failure and abnormal heart rhythm).

People also get iodine from its use in farm animals, for cleansing udders or as part of iodine-containing medicines. Iodate has been used as a bread stabilizer in commercial baking, although this practice is less common now. Many other environmental sources of iodine exist; most of them are unrecognized or unpublicized.


Di Posting Oleh : Dorin Mutoif, Poltekkes DEPKES Yogyakarta Jurusan AKL/JKL/KESLING/kESEHATAN LINGKUNGAN Politeknik Kesehatan DEPKES Yogyakarta..

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Munggu, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, 54382


Jumat, 14 November 2008

Iodine deficiency 1

My friends is moment campus orientation, in Occupational Health and Safety, Public Health, university of Indonesia


GAKY

• Iodine deficiency occurs when iodine intake falls below recommended levels.
• It is a natural ecological phenomenon that occurs in many parts of the world.Justify Full
• The erosion of soils in riverine areas due to loss of vegetation from clearing for gricultural production, overgrazing by livestock and tree-cutting for firewood, results in a continued and increasing loss of iodine from the soil.
• Groundwater and foods grown locally in these areas lack iodine.


• When iodine intake falls below recommended levels, the thyroid may no longer be able to synthesize sufficient amounts of thyroid hormone. The resulting low level of thyroid hormones in the blood (hypothyroidism) is the principal factor responsible for the damage done to the developing brain and the other harmful effects known collectively as the Iodine Deficiency Disorders (5).
• The adoption of this term emphasized that the problem extended far beyond simply goitre and cretinism (see Table 1).


Table 1. The Spectrum of Iodine Deficiency Disorders (IDD)

• FOETUS
• Abortions
• Stillbirths
• Congenital anomalies
• Neurological cretinism:
– mental deficiency,
– deaf mutism, spastic diplegia, squint
• Hypothyroid cretinism:
– mental deficiency, dwarfism,
– hypothyroidism
• Psychomotor defects

Table 1. The Spectrum of Iodine Deficiency Disorders (IDD)

• NEONATE
• Increased perinatal mortality
• Neonatal hypothyroidism
• Retarded mental and physical development
• CHILD &
• ADOLESCENT
• Increased infant mortality
• Retarded mental and physical development


Table 1. The Spectrum of Iodine Deficiency Disorders (IDD)

• ADULT
• Goitre with its complications
• Iodine-induced hyperthyroidism (IIH)
• ALL AGES
• Goitre
• Hypothyroidism
• Impaired mental function
• Increased susceptibility to nuclear radiation

From Hetzel (1983) WHO/UNICEF/ICCIDD (2001)


Pembesaran kelenjar tiroid



Table 2. Effects of Iodine Interventions and Measurements ofEconomic Benefits

• Human Populations
• EFFECTS BENEFITS
• Reductions in:
• 1. Mental deficiency 1. Value of higher work output in
• household and labour market
• 2. Deaf mutism 2. Reduced costs of medical and
• custodial care
• 3. Hypothyroidism 3. Reduced educational costs from
• reduced absenteeism and grade
• repetition
• 4. Goitre 4. Reduced costs of investigation
• and treatment
• From: Levin et al (1993)


• Several international groups have made recommendations, which are fairly similar. ICCIDD, WHO, and UNICEF recommend the following daily amounts:
• age 0-7 years, 90 micrograms (mcg)
• age 7-12 years, 120 mcg
• older than 12 years, 150 mcg
• pregnant and lactating women, 200 mcg


Correction of iodine deficiency

An iodine deficient environment requires the continued addition of iodine, which is most conveniently and cheaply achieved by the addition of iodine to the salt supply. Most humans eat salt in roughly the same amount each day.

• A decrease in salt intake can be readily met by increasing the iodine content.
• Where a significant amount of processed food is consumed, it is important that the salt used by the food industry in preparing such food - as well as the salt used in the home - is iodized.



USI

• Universal salt iodization, which ensures that all salt for human and animal consumption is adequately iodized, has been remarkably successful in many countries. At this stage, however, sustainability of this successful correction of iodine deficiency becomes the challenge, as iodine deficiency may recur at any time

• In some regions, iodization of salt may not be a practical option for the sustainable elimination of IDD, at least in the short term. This is particularly likely to be the case in remote areas where communications are poor or where there are numerous very small-scale salt producers

• In such areas, other options for correction of IDD may have to be considered,such as:
– administration of iodized oil capsules every 6-18 months (10);
– direct administration of iodine solutions, such as Lugol’s iodine,at regular intervals (once a month is sufficient); or
– iodization of water supplies by direct addition of iodine solution or via a special delivery mechanism.
• government ministries (legislation and justice, health, industry,agriculture, education, communication, and finance);
• salt producers, salt importers and distributors, food manufacturers;
• concerned civic groups; and
• nutrition, food and medical scientists, and other key opinion makers.


• iodine concentration in salt at the point of production should be within the
• range of 20-40 mg of iodine per kg of salt (i.e., 20-40 ppm of iodine) in order to
• provide 150 mg of iodine per person per day. The iodine should be added as
• potassium (or sodium) iodate. Under these circumstances median urinary
• iodine levels will vary from 100-200 mg/l.

Di Posting Oleh : Dorin mutoif, Poltekkes Depkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan
Departemen kesehatan dan keselamatan kerja ( Occupational and Safety Health ), University of indonesia
D/a : Munggu, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah




Jumat, 07 November 2008

BILA AKU JATUH CINTA YA ALLAH

TEMAN-TEMAN SKI BUNDO, SUCI DAN EMA POLTEKKES DEPKES YOGYAKARTA


Bila Aku jatuh cinta

Allahurabbi aku minta azin

Bila suatu saat aku jatuh cinta

Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang

hingga membuat lalai adanya Engkau

Allahurabbi

aku punya pinta

Bila suatu saat aku jatuh cinta

Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas

biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahurabbi

izinkan bila suatu saat aku jatuh cinta

pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu

dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahurabbi

bila suatu saat aku jatuh hati

pertemukanlah kami

Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahurabbi

Pintaku terakhir adalah seandainya ku jatuh hati

jangan pernah Kau palingkan wajahMu dariku

Anugerahkanlah aku cinta-Mu

Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amien…..


Created From : Dorin Mutoif, Occupationel Safety Health, Public Healt, University of Indonesia

Munggu, petanahan, kebumen

Poltekkes Depkes Yogyakarta, Environment Health

Rabu, 05 November 2008

Arti Sahabat Dalam Hidupku oleh : DORIN MUTOIF




Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(KapanLagi.com)

RENCANA STRATEGIS, ADMINISTRASI KESEHATAN MASYARAKAT

TUGAS PERORANGAN
ADMINISTRASI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN DAN PERENCANAAN STRATEGIS





DISUSUN OLEH :
DORIN MUTOIF
NIM : 0806384084

JUMAT, 10 Oktober 2008
Dosen : Arthur Ferdinand dr.MARS



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2008


Konsep Manajemen Strategis

1. Pengertian Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata (Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,XV)
Dengan menggunakan manajemen strategis, perusahaan akhirnya dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten.

2. Tantangan Manajemen Strategis
Memiliki daya saing strategis dan laba diatas rata-rata adalah tantangan untuk perusahaan sebesar AT&T dan kecil seperti halnya sebuah toko. Menurut fakta hanya 2 dari 25 perusahaan industri besar di Amerika Serikat di tahun 1900 yang masih bertahan didalam persaingan bisnis (23 sisanya telah gagal, bergabung/merger dengan perusahaan lainnya atau tidak lagi memiliki skala yang relatif besar dibandingkan dengan pesaingnya).
Baru baru ini, Andrew Grove, pimpinan Intel, mengamati bahwa hanya perusahaan paranoid yang dapat bertahan dan berhasil. Perusahaan-perusahaan ini menyadari bahwa keberhasilan saat ini tidak menjamin tingkat daya saing strategis dan laba diatas rata-rata dimasa mendatang. Karenanya perusahaan-perusahaan ini berusaha terus menerus untuk berkembang, sehingga tetap bersaing. Supaya dapat bersaing secara strategis dan memperoleh laba diatas rata-rata, perusahaan harus bisa bersaing dengan cara yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.

3. Model Berbasis Sumber Daya
Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,18) mengatakan, terdapat beberapa model penting yang ditunjukkan untuk menggambarkan input strategis bagi langkah suatu perusahaan, dan salah satu diantaranya adalah model berbasis sumber daya untuk profitabilitas tinggi (Gambar-3). Model ini mengasumsikan bahwa tiap organisasi merupakan kumpulan sumber daya dan kemampuan unik yang merupakan dasar untuk strategi dan sumber utama profitabilitasnya. Juga diasumsikan bahwa perusahaan memperoleh sumber daya yang berbeda serta mengembangkan kemampuannya yang unik. Karenanya seluruh perusahaan bersaing dalam industri tertentu mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan strategis yang sama. Model ini juga mengasumsikan bahwa sumber daya tidak terlalu mudah berpindah antar perusahaan. Perbedaan dalam sumber daya, yang tidak mungkin didapatkan atau ditiru perusahaan lain, serta cara penggunaannya merupakan dasar keunggulan bersaing.
Sumber daya adalah input bagi proses produksi perusahaan, seperti barang, modal, kemampuan para pekerjanya, paten, keuangan dan manajer yang berbakat. Umumnya sumber daya perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yaitu modal fisik, sumber daya manusia dan organisasi.
Satu jenis sumber daya saja mungkin tidak dapat menghasilkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Misalnya sepotong mesin canggih hanya dapat menjadi sumber daya yang relevan secara strategis jika digunakan bersama aspek operasi lainnya (seperti pemasaran dan pekerjaan pegawai).

Model Berbasis Sumber Daya Untuk Profitabilitas Tinggi
Melalui kombinasi dan integrasi sekelompok sumber daya dapat mencapai keunggulan bersaing. Kemampuan adalah kapasitas sekumpulan sumber daya untuk secara integratif melakukan suatu tugas atau aktiivitas. Kemampuan adalah hasil dari suatu kelompok sumber daya terintegrasi. Tidak seluruh sumber daya dan kemampuan perusahaan memiliki potensi sebagai dasar keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Potensi ini direalisasikan apabila sumber daya dan kemampuan tersebut berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan. Sumber daya (istilah sumber daya juga mencakup kemampuan) adalah berharga hanya jika memungkinkan perusahaan menggunakan kesempatan dan/atau menetralisir ancaman dalam lingkungan eksternalnya; Sumber daya disebut langka apabila, jika ada, hanya dimiliki oleh sedikit pesaing yang ada maupun yang mungkin ada; Sumber daya disebut tak dapat ditiru apabila perusahaan lain tidak dapat memperolehnya; serta tidak dapat digantikan jika tidak memiliki equivalen yang strategis. Apabila kriteria-kriteria tersebut dipenuhi, sumber daya dan kemampuan menjadi kompetensi inti dan dapat berlaku sebagi dasar keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis, dan kemampuannya untuk mendapat laba diatas rata-rata.
4. Tugas Ahli Strategi Yang Efektif
Kerja keras, analisis yang teliti dan akal sehat merupakan persyaratan keberhasilan seorang ahli strategi. Mantan CEO Apple Computer, John Scully, berusaha tidur satu jam disini dan disana. Dalam menggambarkan kenyataan kerja dalam tahun 1990an, Scully , menyarankan bahwa tidur sepanjang malam adalah ciri jaman agraria dan industrial kuno. “Orang tidak demikian lagi sekarang” katanya “Satu hari adalah 24 jam, bukan hanya jam 8 hingga jam 5”

Selain kerja keras, analisis yang menyeluruh dan akal sehat, ahli strategi yang efektif harus dapat berpikir dengan jernih dan melontarkan banyak pertanyaan. Efektifitas strategi mereka akan meningkat apabila mereka dapat menemukan cara bagi yang lain untuk berpikir dan bertanya mengenai apa yang dilakukan perusahaan dan mengapa. Tetapi khususnya, manajer puncak ditantang untuk “berpikir serius dan mendalam-mengenai tujuan organisasi yang mereka pimpin atau fungsi yang mereka lakukan, mengenai strategi, taktik, teknologi, system dan orang-orang yang diperlukan dalam mencapai tujuan tersebut. Juga pertanyaan penting yang harus selalu ditanyakan. Melalui cara berpikir ini, ahli strategi bersama dengan yang lain, meningkatkan kemungkinan untuk mengidentifikasi ide yang inovatif. Apabila ide ini mengarah pada perkembangan kompetensi inti yang berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan, maka ide tersebut akan menjadi dasar untuk menggunakan peluang dalam lingkungan usaha mengejar daya saing strategis diperekonomian global.
Pekerjaan ahli strategi tidak sederhana, melainkan terdiri dari situasi keputusan yang tidak terlalu jelas-situasi dimana solusi yang paling efektif tidak dengan mudah dapat ditentukan. Bagaimanapun peluang yang ada dari jenis pekerjaan ini menarik. Pekerjaan ini menawarkan peluang yang menarik untuk berkhayal dan bereaksi. Kata-kata berikut diberikan sebagai saran oleh ayahnya kepada Steven J. Ross, mantan Chairman dan co-CEO Time-Warmer, menjelaskan menariknya ahli strategi: “Ada tiga katagori orang-orang yang pergi kekantor, menaruh kakinya diatas meja dan berkayal selama 12 jam; orang yang tiba pada jam 5 pagi dan bekerja 16 jam, tanpa berhenti sekalipun untuk berkhayal; dan orang yang mengangkat kakinya, berkhayal selama satu jam dan kemudian mengerjakan sesuatu mengenai khayalan tersebut” Ahli strategi memiliki peluang untuk berkhayal dan bertindak, dan yang paling efektif dalam memberikan pandangan (khayalan) untuk secara efektif membantu lainnya dalam menciptakan keunggulan bersaing perusahaan yang berkesinambungan.
Strategi berarti memilih secara sadar dan jelas tentang arah organisasi sehubungan dengan apa yang terjadi dalam lingkungan yang dinamis. Dengan situasi yang demikian, anda berada dalam posisi yang lebih baik untuk merespon secara aktif perubahan lingkungan yang terjadi.

Perencanaan Strategis adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kejelasan arah dan tujuan suatu organisasi. Dalam perencanaan tersebut dilakukan analisis masalah, identifikasi potensi pemecahan masalah, dan menyusun program/proyek dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategis fokus pada pengembangan suatu visi yang luas dan strategistrategi spesifik berdasarkan analisis komprehensif terhadap keadaan/situasi (meliputi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan) serta lingkungan (termasuk peluang-peluang dan kecendrungan-kecendungan atau “trends”) dan mengembangkan aksi/kegiatan yang memiliki dampak terhadap organisasi.
Perencanaan strategis adalah suatu proses kontinyu untuk memperbaiki kinerja (performance) organisasi/intansi/perusahaan dengan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan. Dalam proses perencanaan strategis ditentukan arah organisasi, kemana tujuannya, menilai kembali keadaan eksisting organisasi, dan mengembangkan pedekatan pelaksanaan kegiatan. Dengan konsisten memfokuskan perhatian pada visi dan tujuan yang lebih spesifik, perencanaan strategis menjadi alat untuk merespon atau tanggap terhadap perubahan lingkungan Menyadari pentingnya rencana strategi bagi suatu organisasi, maka orang-orang yang terlibat dalam prosesnya meliputi, pimpinan organisasi/institusi di semua tingkat/level (eselon), tenaga professional, straf administrasi, termasuk mitra eksternal atau para pemangku kepentingan (stakeholders) bersama-sama dalam mengembangkan arah (sense of direction) dan mengidentifikasi prioritas isuisu/
masalah atu persoalan akan diselesaikan. Dengan kata lain pengembangan visi, misi, maksud (goal) dan tujuan (objective) yang akan dicapai merupakan konsensus bersama atau “sharing” dari semua yang terlibat dalam proses perencanaan strategis.

Perencanaan strategis dapat dilihat sebagai suatu proses kontinyu untuk memperbaiki kinerja organisasi/instansi dengan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan. Dalam perencanaan strategis ditentukan arah organisasi, kemana tujuannya, menilai kembali keadaan eksisting dan mengembangkan pedekatan pelaksanaan kegiatan melalui analisis komprehensif terhadap keadaan lingkungan internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dan mengembangkan kegiatan yang memiliki dampak terhadap organisasi.


Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan dirancang secara konseptual, analisis, realistis, rasional, dan komprehensif. Strategi diwujudkan dalam kebijakan dan program. Dengan kata lain, strategi berarti memilih secara sadar dan jelas tentang arah organisasi sehubungan dengan apa yang terjadi dalam lingkungan yang dinamis. Elemen-elemen dari strategi adalah 4 :

1. Membuat proposisi (dengan nilai-nilai tertentu) dibandingkan dengan saingan-saingan anda.
2. Melaksanakan kegiatan yang dipersiapkan secara sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan masyarakat.
3. Fokus pada kegiatan-kegiatan (yang dapat dipadukan) dan memperkuat antara satu dengan lainnya.
4. Lakukan perbaikan secara kontinyu di dalam organisasi sesuai visi dan misi yang diemban.

C. Apa yang dimaksud dengan Rencana Strategis?

Rencana strategi adalah suatu alat manajemen (management tool) yang bertujuan
membantu organisasi membuat rencana masa depan. Rencana strategi dapat dilihat sebagai formulasi secara komprehensif (menyeluruh) atau “roadmap” yang menjelaskan bagaimana usaha-usaha dilakukan untuk mencapai tujuan melalui penerapan strategi-strategi yang dipilih.
Berdasarkan lingkup/skopnya maka Rencana Strategis membantu anda mengidentifikasi kondisi organisasi sekarang dan menentukan arah yang akan dituju. Dengan berpedoman pada Rencana strategis suatu organisasi melaksanakan kegiatannya secara sistimatis untuk mencapai tujuan (objective) dan sasaran (goal) yang didasarkan pada visi, misi, dan nilai-nilai (values) yang dianut sebagai hasil konsesus semua komponen-komponen manajemen organisasi.Dikutip dari Buku “Building Communities: Together. Strategisn Planning Guide. Diterbitkan oleh The mpowerment Zone/Enterprise Community (EZ/EC) Initiative. Wasghington DC. 1998. Elizabeth Frizsell, Mary O’Brien, dan Lynda Arnold.. Strategic Planning for Child Welfare Agencies. National Child Welfare Resource Center for Organizational Improvement Edmund S. Muskie School of Public Service. University of Southern Maine. USA, Portland Maine. 2004

Ringkasnya Perencanaan Strategis adalah suatu usaha disiplin yang menghasilkan keputusan-keputusan dan aksi-aksi fundamental yang mengarahkan dan memandu pencapaian tujuan dan sasaran, bagaimana mengerjakan, siapa yang mengerjakan, dan bagaimana menghadapi perubahan. Dalam konteks penyusunan Rencana Strategi (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), rancangan Renstra-SKPD disusun berpedoman pada rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah. Seperti dikemukakan dalam Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah bahwa dalam upaya mendapatkan RPJM Daerah yang dapat mengantisipasi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahunan, maka penyusunannya perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan. Untuk itu dilaksanakan tahapan penyusunan RPJM Daerah sebagai berikut:
Pertama, Penyiapan rancangan awal RPJM Daerah. Kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan gambaran awal dari jabaran visi, misi, dan program Kepala daerah terpilih.
Kedua, penyiapan rencangan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (rancngan Renstra-SKPD) yang dilakukan oleh seluruh SKPD. Penyusunan rancangan Renstra-SKPD bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, agar selaras dengan program prioritas Kepala Daerah terpilih.
Ketiga, Penyusunan rancangan RPJM Daerah. Tahap ini merupakan upaya mengintegrasikan rancangan awal RPJM Daerah dengan rancangan Renstra- SKPD, yang menghasilkan rancangan RPJM Daerah. Perlu diperhatikan bahwa barangkali anda berpikir bahwa saya (anda) punya suatu buku rencana bisnis (business plan) yang sangat baik, dan saya akan gunakan buku tersebut menyusun rencana strategis organisasi. Ingat konsep rencana bisnis tidak sama dengan konsep rencana strategis.

D. Kenapa Rencana Strategis Dibuat

Ada delapan manfaat kenapa Rencana Strategis dibuat. Karena banyak manfaat
tersebut adalah :

1. Memungkin membuat rencana untuk perubahan sebagai respon terhadap makin kompleksnya lingkungan.
Misalnya, sebagai akibat terjadi perubahaan dinamis lingkungan dan masyarakat, maka tuntutan pelayanan dan/atau kebutuhan makin meningkat, sementara itu sumberdaya semakin menurun. Rencana Strategis mengantisipasi dan/atau proaktif terhadap perubahan dan kecendrungan, serta tuntutan kebutuhan.


2. Rencana Strategi sebagai alat penting manajerial suatu organisasi.
Setiap tahun organisasi dituntut mencapai tujuan dan menyempurnakan hasil (outcome) yang dicapai. Dalam banyak hal untuk mendapatkan dana/anggaran tergantung pada perbaikan hasil. Dengan kata lain, setiap organisasi harus fokus, bagaimana bekerja efisien dan efektif. Rencana Strategis memungkin organisasi mengembang suatu system yang secara kontinyu melalukan perbaikan pada semua level manajemen.

3. Identifikasi kapasitas organisasi.
Ketika orang berpikir tentang perencanaan strategis, mereka cendrung berpikir bahwa kegiatan semata-mata berorientasi ke masa depan. Namun, Perencanaan Strategis juga berguna untuk identifikasi keadaan sekarang. Membuat rencana membutuhkan banyak waktu untuk berpikir menilai dalam situasi mana organisasi sekarang ini. Dalam proses itu akan diperoleh wawasan yang lebih luas, bagaimana bekerja secara benar, dan menilai apa kekuatan dan kelemahan organisasi.

4. Memfokuskan organisasi pada masa depan.
Perencanaan Strategis dapat juga menolong menentukan arah terbaik untuk masa depan organisasi. Perencanaan Strategis melibatkan usaha disiplin membantu mempertajam dan
memandu menentukan bagaimana keadaan organisasi, apa dan kenapa dikerjakan. Perencanaan Strategis membantu mendapatkan informasi dalam skala besar, eksplor alternatif-alternatif, dan menghadapi implikasi-implikasi masa depan dengan keputusan sekarang.
5. Perencaan Strategis promosi komunikasi.
Perencanaan strategis membuat orang-orang yang miliki tujuan yang sama berkumpul,: merencanakan masa depan organisasi. Adalah suatu pengambilan keputusan yang sulit dengan orang-orang yang berbeda dan memiliki visi yang berbeda terhadap masa depan. Perencanaan strategis memfasilitasi dan partisipasi serta komunikasi yang lebih baik, mengakomodasi tata nilai dan keinginan yang berbeda, dan mencari pengambilan keputusan secara bertahap.

6. Memudahkan penerimaan (adaptable).
Walaupun perencanaan strategis memerlukan pendekatan jangka panjang, tetapi juga menggunakan metode untuk menentukan kemajuan dan akses kebenaran rencana (validity) serta mempertahankan fleksibilitas rencana. Rencana dapat dikaji kembali atau
disesuaikan dan/atau respon terhadap perubahan-perubahan keadaan dan mengambil keuntungan dari timbulnya peluang-peluang. Rencana strategis mengatur target kinerja, cara-cara kerjasama mengecek kemajuan, membantu membuat prioritas-prioritas, dan menyediakan pedoman untuk kegiatan yang sedang berlangsung, rencana modal dan penganggaran.

7. Penting untuk mendukung klien.
Perencanaan Strategis menentukan hal-hal yang diperlukan organisasi untuk memenuhi harapan-harapan orang-orang penerima manfaat. Proses perencanaan strategis memungkinkan anda melakukan identifikasi klien dan para pemangku kepentingan (stakeholder) dan terhadap kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan mereka.

8. Penting untuk dukungan dana.
Banyak sumber-sumber pendanaan secara kuat mendukung perencanaan strategis untuk mendapatkan kucuran dana secara kontinyu yang meliputi sumber-sumber dana dari pemerintah dan bantuan dari Lembaga Bantuan International . Banyak organisasi publik dan Negara Donor (Lembaga Bantuan International) mensyaratkan adanya perencanaan strategis sebagai bagian dari aplikasi permintaan dana atau bantuan hiba (grant).

E. Apa yang dimaksud dengan Proses Perencanaan Strategis?

Untuk menyusun atau membuat rencana strategis, anda perlu akan melakukan suatu proses yang terdiri dari serangkaian tahap-tahap kegiatan dimana rangkaian tersebut dinamakan proses perencanaan strategis. Banyak nama atau istilah yang umum digunakan orang dalam rangkaian atau tahap-rahap kegiatan-kegiatan tersebut. Terkadang digunakan digunakan tahapan yang berbeda. Tetapi pada prinsipnya ada tahap yang tidak boleh tidak ada dalam proses perencanaan strategis, yaitu: tahap identifikasi isu-isu penting melalui analisis masalah; penentuan tujuan dan saran; perumusan visi, misi, program, dan strategi. Perencanaan strategis memberikan kejelasan kepada tentang apa yang sebenarnya anda mau capai dan bagaimana bagaimana mencapainya. Perencanaan strategis menyediakan gambaran besar dari apa yang Anda kerjakan dan kemana tujuan Anda.

Sebagai ilustrasi dari tahap-tahap yang dilalui dalam proses, maka disajikan
beberapa pertanyaan yang perlu anda pikir jawabannnya.
1. Apa visi dan misi kita ?
2. Apa tujuan dan sasaran kita?
3. Bagaimana cara kita untuk mencapai tujuan ?
4. Apa kapasitas yang kita miliki/apa yang dapat kita kerjakan?
5. Persoalan-persoalan apa yang kita mau selesaikan?
6. Isu-isu kritis mana saja yang kita harus respon?
7. Apa strategi kita untuk menyelesaikan persoalan dan isu kritis?


Metode
Strategi adalah cara/aturan dan pedoman untuk mencapai tujuan dan sasaran. Stratregi diperlukan untuk memperjelas arah dan tujuan pencapaian program atau implementasinya. Strategi merupakan alat penghubung antara visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan pembangunan. Dalam penyusunan strategi, penggunaan analisis SWOT sangat membantu membuat pilihan-pilihan strategi identifikasi/penentuan kekuatan, memecahkan kelemahan, memanfaatkan peluang, dan menghindarkan ancaman.

1. Suatu pegangan komprehensif dan jelas dari tantangan-tantangan dan peluang-peluang eksternal.
2. Suatu penilaian komprehensif dan realistis dari kekuatan-kekuatan dan keterbatasan-keterbatasan organisasi
3. Suatu pendekatan inklusif atau bersifat menerima.
4. Suatu pemberdayaan komite perencanaan.
5. Keterlibatan dari kepemimpinan organisasi
6. Mempertajam tanggung jawab oleh anggota-anggota pimpinan dan staf.
7. Belajar dari peraktek yang terbaik (Learning from best practices )
8. Jelas prioritas-prioritasnya dan rencana pelaksanaannya.
9. Komitmen untuk berubah.



Manfaat dan keunggulan serta kelemahan :

Kenapa Rencana Strategis Dibuat?
Ada delapan manfaat kenapa Rencana Strategis dibuat. Karena banyak manfaat tersebut adalah :

1. Memungkin membuat rencana untuk perubahan sebagai respon
terhadap makin kompleksnya lingkungan.
Misalnya, sebagai akibat terjadi perubahaan dinamis lingkungan dan masyarakat, maka tuntutan pelayanan dan/atau kebutuhan makin meningkat, sementara itu sumberdaya semakin menurun. Rencana Strategis mengantisipasi dan/atau proaktif terhadap perubahan dan kecendrungan, serta tuntutan kebutuhan.

2. Rencana Strategi sebagai alat penting manajerial suatu organisasi.
Setiap tahun organisasi dituntut mencapai tujuan dan menyempurnakan hasil (outcome) yang dicapai. Dalam banyak hal untuk mendapatkan dana/anggaran tergantung pada perbaikan hasil. Dengan kata lain, setiap organisasi harus fokus, bagaimana bekerja efisien dan efektif. Rencana Strategis memungkin organisasi mengembang suatu system yang secara kontinyu melalukan perbaikan pada semua level manajemen.


3. Identifikasi kapasitas organisasi.
Ketika orang berpikir tentang perencanaan strategis, mereka cendrung berpikir bahwa kegiatan semata-mata berorientasi ke masa depan. Namun, Perencanaan Strategis juga berguna untuk identifikasi keadaan sekarang. Membuat rencana membutuhkan banyak waktu untuk berpikir menilai dalam situasi mana organisasi sekarang ini. Dalam proses itu akan diperoleh wawasan yang lebih luas, bagaimana bekerja secara benar, dan menilai apa kekuatan dan kelemahan organisasi.

4. Memfokuskan organisasi pada masa depan.
Perencanaan Strategis dapat juga menolong menentukan arah terbaik untuk masa depan organisasi. Perencanaan Strategis melibatkan usaha disiplin membantu mempertajam dan
memandu menentukan bagaimana keadaan organisasi, apa dan kenapa dikerjakan. Perencanaan Strategis membantu mendapatkan informasi dalam skala besar, eksplor alternatif-alternatif, dan menghadapi implikasi-implikasi masa depan dengan keputusan sekarang.
5. Perencaan Strategis promosi komunikasi.
Perencanaan strategis membuat orang-orang yang miliki tujuan yang sama berkumpul,: merencanakan masa depan organisasi. Adalah suatu pengambilan keputusan yang sulit dengan orang-orang yang berbeda dan memiliki visi yang berbeda terhadap masa depan. Perencanaan strategis memfasilitasi dan partisipasi serta komunikasi yang lebih baik, mengakomodasi tata nilai dan keinginan yang berbeda, dan mencari pengambilan keputusan secara bertahap.

6. Memudahkan penerimaan (adaptable).
Walaupun perencanaan strategis memerlukan pendekatan jangka panjang, tetapi juga menggunakan metode untuk menentukan kemajuan dan akses kebenaran rencana (validity) serta mempertahankan fleksibilitas rencana. Rencana dapat dikaji kembali atau
disesuaikan dan/atau respon terhadap perubahan-perubahan keadaan dan mengambil keuntungan dari timbulnya peluang-peluang. Rencana strategis mengatur target kinerja, cara-cara kerjasama mengecek kemajuan, membantu membuat prioritas-prioritas, dan menyediakan pedoman untuk kegiatan yang sedang berlangsung, rencana modal dan penganggaran.

7. Penting untuk mendukung klien.
Perencanaan Strategis menentukan hal-hal yang diperlukan organisasi untuk memenuhi harapan-harapan orang-orang penerima manfaat. Proses perencanaan strategis memungkinkan anda melakukan identifikasi klien dan para pemangku kepentingan (stakeholder) dan terhadap kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan mereka.

8. Penting untuk dukungan dana.
Banyak sumber-sumber pendanaan secara kuat mendukung perencanaan strategis untuk mendapatkan kucuran dana secara kontinyu yang meliputi sumber-sumber dana dari pemerintah dan bantuan dari Lembaga Bantuan International . Banyak organisasi publik dan Negara Donor (Lembaga Bantuan International) mensyaratkan adanya perencanaan strategis sebagai bagian dari aplikasi permintaan dana atau bantuan hiba (grant).

Keunggulan/manfaat renstra
Keunggulan implementasi manajemen strategik dapat dievaluasi dengan menggunakan
tolok ukur sebagai berikut :

1) Profitabilitas
Keunggulan ini menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan diselenggarakan secara efektif dan efisien, dengan penggunaan anggaran yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi pemborosan.
2) Produktivitas Tinggi
Keunggulan ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang dapat diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja semakin berkurang dan kualitas hasilnya semakin tinggi, serta yang terpenting proses dan hasil memberikan pelayanan umum (siswa dan masyarakat) mampu memuaskan mereka.
3) Posisi Kompetitif
Keunggulan ini terlihat pada eksistensi sekolah yang diterima, dihargai dan dibutuhkan masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (mis : kualitas lulusan) yang memuaskan masyarakat yang dilayani.
4) Keunggulan Teknologi
Semua tugas pokok berlangsung dengan lancar dalam arti pelayanan umum dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas berdasarkan tingkat keunikan dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan tingkat rendah, karena mampu mengadaptasi perkembangan dan kemajuan teknologi.
5) Keunggulan SDM
Di lingkungan organisasi pendidikan dikembangkan budaya organisasi yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumberdaya penentu Siswanto Q 100 050 227 Halaman 11 Manajemen Strategik dalam Bidang Pendidikan Tugas Individu
keberhasilan organisasi. Oleh karena itu SDM yang dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai pemberi pelayanan kepada siswa. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi oleh sekolah pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi masalah – masalah yang timbul sebagai pengaruh globalisasi di masa yang akan datang.
6) Iklim Kerja
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa hubungan kerja formal dan informal dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai – nilai kemanusiaan. Di dalam budaya organisasi pendidikan, setiap SDM sebagai individu dan anggota organisasi terwujud hubungan formal dan hubungan informal antar personil yang harmonis sesuai dengan posisi, wewenang dan tanggung jawab masing – masing di dalam dan di luar jam kerja.
7) Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi. Tolok ukur keunggulan tersebut di atas sangat penting artinya bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sekarang dan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan kerjasama dan dukungan masyarakat dalam menumbuh kembangkan organisasi dalam mengimplementasikan Manajemen Strategik secara optimal, agar keunggulan – keunggulan di atas dapat diwujudkan yang hasilnya akan menguntungkan masyarakat pula. Dalam kenyataan yang pada masa sekarang, bagi organisasi pendidikan (sekolah) kondisi untuk mewujudkan keunggulan tersebut masih menghadapi berbagai dilema. Organisasi pendidikan yang ada pada saat ini secara relatif bersifat konsumtif, sedang untuk melaksakan Manajemen Strategik secara relatif diperlukan dana/anggaran yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan kemampuan mewujudkan keseimbangan antara kesediaan pemerintah dalam menyediakan dana/anggaran yang memadai, dan dalam menggali serta mengatur pendayagunaan sumber – sumber daya lain, seperti orang tua, masyarakat, pinjaman/bantuan.
b. Manfaat Manajemen Strategik
Berdasarkan keunggulan yang dapat diwujudkan seperti telah diuraikan di atas, berarti dalam pengimplemantasian Manajemen Strategik di lingkungan organisasi pendidikan terdapat beberapa manfaat yang dapat memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Manfaat yang dapat dipetik adalah : “manajemen strategik dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen, dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan semua sumber daya yang secara nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.”

Secara terinci manfaat manajemen strategik bagi organisasi non profit (pendidikan) adalah :
1) Organisasi pendidikan (sekolah) sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah terutama karena pengaruh globalisasi. Dengan kata lain Manajemen Strategik sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada Tujuan Strategik dan Misi yang realistik pula.
2) Implementasi Manajemen strategik melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung sebagai proses yang efektif dan efisien. Dengan demikian berarti Manajemen Strategik mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategik dan perwujudan Visi berlangsung secara terkendali.
3) Manajemen Strategik diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilih dan disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategik.
4) Manajemen Strategik dapat berfungsi sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang akan diwujudkan oleh organisasi.
5) Manajemen Strategik sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi pendidikan, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit dan atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya untuk memperkuat keunggulan organisasi.
6) Manajemen Strategik di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata lain manajemen strategik berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.


KESIMPULAN
Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan tentang keunggulan implementasi dan manfaat manajemen strategik dalam organisasi pendidikan, yaitu :
1. Keunggulan Implementasi Manajemen Strategik
Dengan menerapkan Manajemen Strategik, maka organisasi pendidikan (sekolah) akan memiliki keunggulan, antara lain : profitabilitas, produktifitasi tinggi, memiliki posisi kompetitif, keunggulan teknologi, keunggulan Sumber Daya Manusia, Iklim kerja yang kondusif, etika dan tanggung jawab sosial yang berkembang.
2. Manfaat Manajemen Strategik
Manfaat yang diperoleh dari implementasi manajemen strategik adalah :
- organisasi menjadi dinamis,
- fungsi kontrol berjalan dengan efektif dan efisien
- meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan
- memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang
akan dilaksanakan
- mendorong perilaku proaktif bagi semua pihak untuk ikut serta mewujudkan
keunggulan
- meningkatkan perasaan ikut memiliki, berpartisipasi aktif dan tanggung jawab
bagi semua komponen organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan Sandy Setiawan (200); “Manajemen Perguruan Tinggi Di Tengah Perekonomian

Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “, “INDONews (s)”indonews@indonews.com. 24 Maret 2006

Ani M. Hasan (2003); “Pengembangan Profesional Guru di Abad Pengetahuan”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998); Total Quality Management (TQM), Andi Offset : Yogyakarta

Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni 2004

Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta
Thomas B. Santoso (2001), “ Manajemen Sekolah di Masa Kini (1)”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006

Anonymous. Building Communities Together : Strategic Planning Guid. The Empowerment Zone Community (EZ/EC) Initiative. Washington DC. 1998.

Departemen Dalam Negeri. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, No.050/2020/SJ Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Jakarta 2005

International Labour Organization (ILO). Modul Pelatihan: Membangun Perencanaan Strategis dan Kebijakan SP/SB (Serikat Pekerja/SerikatBuruh). ILO. Jakarta. 2002

Martinelli, Frank. Strategic Planning Manual: Strategic Planning In Nonprofit and Public Sector Organizations – Description of Planning Model. The Center for Public Skills Training. Milwaukee. WI. USA. 1998.

Office for Victims of Crime (OVC) – TTAC. Strategic Planning: Toolkit. OVCTTAC, Washington. DC. 2004.

Shapiro, Janet. Strategic Planning Toolkits. CIVICUS. World Aliance for Citizen Participation. Email: nellshap@hixnet,co.za



Di Posting Oleh Dorin Mutoif Departemen Kesehatan Dan Keselamatan kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
D/a : Munggu, Rt 02, Rw 02, Petanahan Kebumen, Jawa Tengah Indonesia